Minggu, 13 Desember 2015

Aku Tak Menulis Puisi Malam Ini

Aku tidak menulis puisi malam ini. Hanya saja, pikiranku, entah mengapa dipenuhi banyak engkau. Pikiranku seperti lemari yang menyimpan berlembar-lembar pakaian yang sama. Dan aku tak menyangsikan itu. Aku memiliki seorang kenalan, seorang pria, yang sangat suka mengenakan baju dengan motif yang sama. Bukan. Dia bukan mengenakan baju yang sama, melainkan dia memiliki banyak sekali baju dengan motif serupa. Dan dia, dengan bangga tetap mendongak, tersenyum menantang hari. Nanti, ada saatnya akan kukenalkan padamu. 

Aku tidak menulis puisi bukan karena memikirkanmu, melainkan ada kegusaran ketika aku mencoba untuk menanggalkanmu dari pikiran. Itu berarti, aku menikmatinya. Aku menikmati setiap gambaran buram yang coba dijelaskan pikiranku. Aku pernah menonton sebuah film barat, yang telah aku lupakan judulnya. Seorang pria yang hidupnya terlunta-lunta oleh aktifitas-aktifitas kesehariannya, yang (mengutip sebuah puisi) ditunggang-pacunya sendiri. Dia, rupanya di tengah cerita mengidolakan seorang fotografer yang terkenal. Suatu hari mereka bertemu. Namun dia tidak sadar bahwa orang tua itu adalah si fotografer. Ah, baiklah, aku melupakan bagian selanjutnya. 

Aku tidak menulis puisi malam ini, oleh karena itu aku menulis ini. Aku menulis ini, karena sedang tidak berbahagia. Aku tidak bahagia, karena sungguh, aku jenuh oleh puisi-puisi yang kurangkai tentangmu, tetapi tak pernah untukmu. 

Aku tidak menulis puisi malam ini karena aku sedang belajar berkata-kata, berlisan lidah. Aku ingin membacakanmu sebuah puisi, atau mungkin mengajakmu kencan dan makan siang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar