"panas, ya."
"yapasti panas, lah. wong di sebelahku ada kamu."
"haha, gila kamu."
diapun kembali pada pekerjaannya yang tadi;menunggu kereta api. pun aku.
aku menerka-nerka, apa kita pernah bertatap mata? serasa wajahnya
sangat familiar.
"nggg..hai. perkenalkan, aku Aldi."
"oh, hai. perkenalkan, saya Rani"
aku menyalaminya, menatap matanya, lalu menyimpan senyum yang lama.
"Aldi, kereta telah tiba. mari pergi." sontaknya menyadarkanku dari lamunan.
"oh, yaya. mari"
seisi kereta tampak sangat tentram. ada yang sedang asik bercerita, ada
yang saling tertawa, ada yang berdiam diri sambil menatap layar yang
penuh dengan teknologi, dan ada yang malu-kaku--aku.
keesokan harinya, pada tempat yang sama, di kursi yang sama, dan segala
hal yang masih terlihat sama. yang berbeda hanya "kini tanpa
suara"--berhari-hari.
hari-hari berlalu dengan semu, sudah pertemuan yang (barangkali)
pertamaku denganmu. tanpa suara, bahkan tanpa tatap mata. hingga pada
akhirnya, kau mengeluarkan nada.
"panas, ya."
"yaiyalah. wong di sebelahku aa..."
"ets, stop. aku sudah tahu apa yang ingin kamu katakan. haha"
"haha, gila kau. hari ini, kau ingin kemana?"
"seperti biasa. aku bekerja. kamu, bagaimana?"
"kali ini beda. aku ingin menjadikan hari ini istimewa."
"wah, memangnya ada apa?"
"barangkali, atas pembicaraan kita"
aku tersenyum kecil, menatap wajahnya yang memerah, bahkan melebihi
indahnya senja. dialog pun terhenti cukup ama. sampai pada akhirnya,
lagi dan lagi lamunanku dikagetkan olehmu.
"Aldi, kereta telah tiba. mari"
di sepanjang jalan, aku hanya sedikit diam, dan banyak memikirkanmu.
"ah, Rani. aku ingin bertanya."
"ya, silahkan saja."
"apa kita pernah bertemu sebelum ini?"
"pernah. kemarin-kemarin kita juga telah bertemu"
"ah, bukan itu maksudku. apa kita pernah bertemu, dulu?"
kau terdiam lama. seakan ada hal yang sengaja kau pendam.
"kereta telah berhenti. aku turun dulu ya, Aldi. selamat menikmati hari!"
"baiklah, hati-hati, Rani!"
siapa kau? apa kita pernah bertemu di masa lalu? seakan aku ingin membenturkan kepala atas lupanya aku akan kamu.
berhari-hari, lagi dan lagi, tanpa suara, bahkan tanpa tatap mata. kita
hanya saling diam dan memendam. sampai pada akhirnya, aku rindu akan
masa-masa aku tumbuh dewasa. di sebuah taman bunga, tempatku dulu suka
mencurahkan rasa, sering menjatuhkan air mata.
"siapa kau?" apa kita pernah bertemu di masa lalu? sontak lamunku
terhenti pada sebuah tulusan yang terukir pada kaki kursi, di taman
bunga ini. "Rani, aku Aldi. dan aku mencintaimu, sepenuh hati"
ah, sial! seakan aku ingin membenturkan kepala atas lupanya aku akan kamu.
aku pernah mencintaimu, bahkan mengidolakanmu. gadis manis berjilbab, yang pendiam, dan suka memendam. hingga kini.
esoknya, pada tempat yang sama, dan kursi yang sama, aku menunggu
kedatanganmu. gadis berjilbab, yang pendiam, namun manis, dan suka
memendam. berjam-jam aku diam, tapi kamu belum juga tiba. hingga pada
akhirnya lamunku terhenti apda tulisan yang terukir di kaki kursi, di
stasiun kereta api ini.
"hai Aldi. kamu selalu bertanya, apa kita pernah berjumpa? barangkali,
iya! kemarin adalah kereta terakhirku. dan kita tak sedikitpun
mengeluarkan suara. indah, bukan? kita satu perkuliahan, namun beda
jurusan. tapi ketahuilah, aku (pernah) mencintaimu. ah, kau pun pasti
begitu. aku hanya malu. salamku apdamu, selamat melawan rindu!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar