Sabtu, 23 November 2013

Thanks, God. It's Social Media!

"kita udah mentionan aja nih. tapi kok tetep ada yang kurang, ya. oh iya, follback dong." 

ucapku setelahnya meletakkan username twittermu .senyum tipis yang tertahan lama di bibirku, sembari menatap avatar yang berwarna keemasan itu. ya, dia mengedit segala apa yang tampak kurang olehnya.

hari demi hari, di tiap pagi, aku tidak lagi mendahulukan mandi. melainkan menyambung percakapan yang terputus oleh kantuknya semalam. seperti halnya manusia berkenalan, aku juga menanyakan segala hal yang sama tentangnya, namun kali ini berbeda. yakni;dengan sedikit rasa bahagia. senyum tipis yang hanya pernah ada sewaktu dulu itu, kini malah menjadi pelangi beku, di bibirku.

"selamat pagi, bidadari."


seperti sia-sia yang menjatuhkan buah, detik, menit, pun jam, menunggu itu terasa menyenangkan. notebook berdebu yang sedari tadi aku pangku, dan, ``ting nong'', ucap notebook tanda pemberitahuan yang sedaritadi ku nanti.



"tapi ini sudah siang mas reky."

"aku dengar-dengar cewek suka diperhatiin, yah? yaudah.. kamu udah makan, belum?"

"suka dong. udah ini mau makan, kamu"

"aku mah, liatin kamu aja udah kenyang. eh, aku tinggal bentar, ya. mau uts. kamu jaga hati. awas kalo sampe dicuri!"

 "jiahahaa iyadeh goodluck ya buat uts nya."


kitapun saling berbalas pesan. terus-menerus. aku tertawa, entahlah kau di sana. beberapa rayuan kecil yang pernah aku pelajari ketika menggosok gigi, pun sering terlontar oleh jemari. seperti..

 
"kamu tuh buat aku gila. tiap memikirkanmu, aku senyum-senyum sendiri"



mungkin terdengar menggelikan. namun itulah nyatanya. aku seperti orang gila yang tidak tahu apa-apa. menganggap dunia tidak ada. dan menganggap kamu sebagai segala bahagia. 


kita belum bertemu, namun aku telah dikerubungi rindu. beberapa tentang kamu yang dulu mencoba masuk ke dalam ingatanku yang dipenuhi masa lalu, kini malah seperti mesin debu yang menyapu segala kesedihanku.

dalam beberapa waktu ke depan, mungkin aku akan terus seperti ini. mencoba menyaingi rasa malu sendiri, agar dapat dicintai oleh seseorang yang bahkan tak pernah ditemui. semoga saja,  kita dipertemukan dalam suatu hal yang sama tujuan. semoga..

***

Senin, 18 November 2013

"Aku Mencintainya, Yah."

Di sudut rumah itu, segala kejadian dimulai. Seorang ibu muda, menggendong anaknya yang entah siapa ayahnya..
        
         "Rini, mengakulah. Aku tak akan membunuhnya. Aku hanya ingin ia bertanggung jawab.."

Sembari menatap sang ayah yang memegang cambuk, ia memegang luka-luka memar di betisnya. Ia menangis.

         "Aku mencintainya, Yah."