18
Mei, 2014—Hari minggu yang sendu, matahari diam-diam bersembunyi. Siang ini tak
seterik biasanya, dan saya baru terjaga sebab ronda malam tadi. Weekend yang tak seperti biasanya, kali
ini saya dikejutkan banyak hal. Seperti salah satu siaran televisi holiwood tentang bagaimana seorang pria
drakula bersaing dengan pria serigala demi mendapatkan cinta seorang wanita.
Diikuti kabar dari sepulangnya adik, bahwa kedua orang tua pergi ke klinik
karena sakit. Ya, wajar saja. Pekanbaru adalah kota ekstrim dengan cuaca yang kerapkali berubah-ubah.
Lalu
pekikan tetangga memecahkan sunyi, menggetarkan jendela dan mendesing ke
sepasang kuping saya. Mulut ke mulut, ia mendapat kabar dari layar handphone
genggamnya, memenangkan sebuah mobil avanza dari nomor yang bahkan belum
terdaftar di kontak handphonenya. Saya tertawa, mengganti channel televisi yang
dipenuhi semut dan menyesap kopi pertama hari ini. Tak lama setelah itu,
gesekan ban mobil dan aspal pembuat ngilu menggetarkan gigi saya seperti
jendela, dan saya harus beranjak dari posisi ternyaman yang telah lama saya
rindukan, membuka pagar dan mengarungi mobil.
“Bang,
mama lagi nggak enak badan. Kamu bisa buatkan mie instan atau semacamnya?”
saya
mengangguk dan tersenyum dengan kecut. Betapa ibu tua ini telah lelah merawat
keluarga hingga lupa merawat tubuhnya. Tak lama setelah itu, setelah kompor
dimatikan da nada hawa hangat di sebuah mangkuk dengan sedikit aroma pembikin
perut lapar, ibu menyesap wangi itu, dan memakannya dengan lahap.
“Bang,
sini. Papa ingin memberikan sesuatu.”
Ucap
seorang pria tua yang wajahnya tak lagi asing di tengah mengusai-ngusai isi
almari dan mengambil sebuah sweater rajutan. Katanya, ini punya andungmu.
Ayahnya ibu. Umurnya lebih ranum dari saya, tapi tetap terlihat gagah tan tak
sedikitpun using. Saya tersenyum sembari mengenakannya. Sweater rajutan ini
hangat. Sangat hangat. Saya seperti kembali ke masa lalu, berandai-andai ada di
depan pria (yang dipanggil ayah oleh ibu) itu, dan dia memeluk saya.
“itu
punya andungmu. Punya ayahnya ibu. Jangan kau rusak. Bahkan berniat untuk
melakukannya pun, jangan. Itu satu-satunya baju peninggalannya yang dulu sering
dipakai andungmu, dan yang sering ibu pakai jika pergi ke sekolah. Kau boleh
memakainya dengan syarat menjaganya. Anggap saja itu adalah dia, dan kalian
saling berpelukan.”
ekspresi fotonya biasa aja bang :-D
BalasHapusSaya tak pandai berfoto, Bang. Hahaha..
BalasHapus